Rabu, 09 Maret 2016

Nama : Kumala Chandra L.
NPM : 23215756
Kelas : 1EB20
Tema : Perekonomian Indonesia Sejak Lima Tahun Terakhir (2011-2015)
·         
  •       2011

Pada tahun 2011, di bawah pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Indonesia menunjukkan daya tahan yang kuat di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi global. Hal ini dicerminkan pada pertumbuhan ekonomi Indonesia yanng mencapai 6,5%, yang merupakan angka tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir. Selain itu, tingkat inflasi juga berada pada angka yang rendah jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, yaitu sebesar 3,79%.
Peningkatan kinerja tersebut disertai dengan meningkatnya peran investasi dan kegiatan ekspor, penurunan jumlah pengangguran dan kemiskinan, serta pemerataan pertumbuhan ekonomi antardaerah. Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) juga mengalami surplus yang relatif besar dengan peningkatan cadangan devisa dan nilai tukar rupiah yang patut diapresiasi. Pada bagian keuangan, stabilitas sistem keuangan tetap terjaga meski terjadi tekanan di pasar keuangan sebagai dampak memburuknya krisis yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat.
Dengan ketahanan ekonomi yang kuat dan risiko utang luar negeri yang rendah, didukung oleh kebijakan makroekonomi yang tetap pruden dan berbagai langkah kebijakan struktural yang terus ditempuh, Indonesia kembali memperoleh peningkatan peringkat menjadi Investment Grade.
Di samping fundamental ekonomi yang kuat, respon kebijakan yang tepat mampu menopang ketahanan  perekonomian nasional. Pemerintah, bersama dengan Bank Indonesia, berkoordinasi dalam memperkuat fundamental ekonomi sekaligus memitigasi dampak gejolak eksternal. Koordinasi antara kedua pihak juga diperkuat melalui implementasi Protokol Manajemen Krisis (PMK) dan pengendalian inflasi melalui forum Tim Pengendalian Inflasi (TPI) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).
Bank Indonesia menerapkan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial secara terukur, sehingga berhasil menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Bauran kebijakan moneter dan makroprudensial tersebut didukung oleh strategi komunikasi dalam rangka meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter dan mengurangi ketidakpastian pelaku pasar. Pada bidang perbankan, Bank Indonesia terus memperkuat ketahanan perbankan, meningkatkan fungsi pengawasan, dan mendorong intermediasi yang diarahkan pada sektor-sektor produktif.
Sementara dari sisi pemerintah, kebijakan fiskal diarahkan kepada peningkatan stimulus dengan tetap menjaga kesinambungan fiskal. Secara sektoral, pemerintah terus mendorong dan meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi melalui perbaikan iklim investasi, percepatan pembangunan infrastruktur, peningkatan daya saing industri dan produk ekspor, serta peningkatan ketahanan pangan nasional dalam rangka stabilisasi harga.        
  •       2012

Pada tahun ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat dipertahankan pada tingkat 6,2% dengan inflasi yang terkendali pada tingkat yang rendah, yaitu 4,3%. Di tengah menurunnya kinerja ekspor, pertumbuhan ekonomi lebih banyak ditopang oleh permintaan domestik yang tetap kuat. Hal ini didukung oleh kondisi ekonomi makro dan sistem keuangan yang kondusif, sehingga memungkinkan sektor rumah tangga dan sektor usaha melakukan kegiatan ekonominya dengan baik. Akan tetapi, kuatnya permintaan domestik di tengah melemahnya kenerja ekspor menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan neraca transaksi berjalan.
Prakiraan permintaan domestik pada tahun depan tetap menadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi. Namun, sejumlah tantangan dan risiko perlu diantisipasi untuk menjaga stabilitas ekonomi makro dan sistem keuangan.
Pertama, konsumsi BBM yang meningkat sementara produksi migas dalam negeri menurun. Indonesia, mau tak mau terus meningkatkan impor migas dan beban subsidi sehingga semakin menambah tekanan terhadap kesinambungan fiskal dan defisit transaksi berjalan. Kedua, perekonomian Indonesia yang bergantung pada kegiatan impor, terutama barang modal dan bahan baku, dalam waktu dekat akan mengancam kegiatan investasi yang sedang berkembang dan meningkat.
Dengan latar belakang tersebut, kebijakan Bank Indonesia akan diarahkan pada upaya pencapaian keseimbangan internal dan eksternal. Dalam hubungan ini, kebijakan Bank Indonesia diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi dan menjaga keseimbangan neraca pembayaran. Arah kebijakan tersebut  akan dilakukan melalui lima pilar bauran kebijakan.
Pertama, kebijakan moneter akan ditempuh secara konsisten untuk mengarahkan inflasi tetap terjaga dalam kisaran sasaran yang ditetapkan. Kedua, kebijakan nilai tukar akan diarahkan untuk menjaga pergerakan rupiah sesuai dengan kondisi fundamentalnya. Ketiga, kebijakan makroprudensial diarahkan untuk menjaga kestabilan sistem keuangan. Keempat, penguatan strategi komunikasi kebijakan untuk mendukung efektivitas kebijakan Bank Indonesia. Kelima, penguatan koordinasi Bank Indonesia dengan pemerintah dalam mednukung pengelolaan ekonomi makro dan stabilitas sistem keuangan.        
  •       2013

Di tahun ini, Indonesia mengalami tantangan bagi perekonomiannya. Di tengah berbagai masalah struktural yang belum terselesaikan, perubahan kondisi ekonomi global di tahun 2013 memunculkan ancaman terhadap stabilitas makroekonomi dan kesinambungan pertumbuhan ekonomi. Setelah dua tahun sebelumnya perekonomian Indonesia yang terus menurun (2011 6,5% dan 2012 6,2%), pada tahun ini perekonomian Indonesia kembali menurun dengan nilai sebesar 5,58% dan laju inflasi sebesar 8,38%. Namun dengan koordinasi yang baik antara Bank Indonesia dengan pemerintah, perekonomian Indonesia mampu bergerak ke tingkat yang lebih seimbang dan mengembalikan stabilitas makroekonomi.
Penyebab laju pertumbuhan melambat adalah karena kegiatan ekspor yang turun sebesar 0,78%. Sedangkan untuk investasi, pertumbuhan pengeluarannya masih mencapai 5,13%. Sektor konsumsi rumah angga masih menjadi penopang pertumbuhan dengan kontribusi laju pengeluaran sebesar 5,61%. Laju konsumsi rumah atngga tersebut lebih tinggi dibandingkan awal tahun 2013 yang sebesar 5,24%. Hal ini disebabkan karena kegiatan pemilihan umum yang mendorong konsumsi masyarakat, terutama dari sektor non makanan, melaju sebesar 6,46%.         
  •       2014

Sama seperti tahun sebelumnya, perekonomian Indonesia kembali menghadapi tantangan. Kondisi ekonomi global tidak sebaik prakiraan semula. Pertumbuhan ekonomi yang melambat mengakibatkan turunnya harga-harga sejumlah komoditas Indonesia, sekaligus memperkecil hadirnya peluang usaha yang baru. Pada tahun ini, laju perekonomian hanya menyentuh angka 5,02% dengan lanju inflasi sebesar 8,36%. Pemulihan memang terus berlangsung di berbagai ekonomi utama dunia, namun dengan kecepatan yang tidak sesuai dengan harapan dan tidak merata. Harga komoditas dunia terus melemah karena permintaan yang tidak cukup kuat. Di sektor keuangan, ketidakpastian kebijakan The Fed telah meningkatkan kerentanan dan volatilitas di pasar keuangan dunia.
Sebagai negara berkembang, Indonesia turut merasakan adanya pergeseran arus modal asing keluar dari Indonesia. Selain itu, Indonesia juga dapat mengamati adanya divergensi kebijakan moneter di negara-negara maju.
Berbeda dengan The Fed yang berencana melakukan normalisasi kebijakan moneternya, bank sentral Jepang dan Eropa masih perlu menempuh kebijakan moneter yang sangat akomodatif.         
  •       2015

Perekonomian Indonesia menurun sebesar 4,79%, menjadi yang terendah sejak 2010. Meskipun begitu, investasi di akhir tahun lalu cukup tinggi, karena belanja modal pemerintah di akhir periodik tersebut naik 101% (konsumsi pemerintah 83% dan anggaran pegawai 16,5%).
Menurut Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Badan Pusat (BPS), Suharyanto, ke depan, pemerintah harus berusaha mencairkan anggaran tidak hanya di kuartal IV, tapi lebih merata ke semua triwulan, agar pertumbuhan ekonomi bisa lebih baik.

Pendapat pribadi:
Perekonomian Indonesia sejak lima tahun terakhir terus merosot hingga menyentuh angka 4,79%. Saya berharap pada tahun 2016 ini perekonomian Indonesia mulai membaik dan menunjukan perkembangan ke arah positif, baik dari segi internal maupun eksternal.

Daftar Pustaka:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar