Nama : Kumala Chandra L.
NPM : 23215756
Kelas : 1EB20
Tema : Perekonomian Indonesia Sejak Lima Tahun Terakhir (2011-2015)
·
- 2011
Pada tahun 2011, di bawah pemerintahan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono, Indonesia menunjukkan daya tahan yang kuat di tengah
meningkatnya ketidakpastian ekonomi global. Hal ini dicerminkan pada
pertumbuhan ekonomi Indonesia yanng mencapai 6,5%, yang merupakan angka
tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir. Selain itu, tingkat inflasi juga berada
pada angka yang rendah jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, yaitu
sebesar 3,79%.
Peningkatan kinerja tersebut disertai
dengan meningkatnya peran investasi dan kegiatan ekspor, penurunan jumlah
pengangguran dan kemiskinan, serta pemerataan pertumbuhan ekonomi antardaerah.
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) juga mengalami surplus yang relatif besar
dengan peningkatan cadangan devisa dan nilai tukar rupiah yang patut
diapresiasi. Pada bagian keuangan, stabilitas sistem keuangan tetap terjaga
meski terjadi tekanan di pasar keuangan sebagai dampak memburuknya krisis yang
terjadi di Eropa dan Amerika Serikat.
Dengan ketahanan ekonomi yang kuat dan
risiko utang luar negeri yang rendah, didukung oleh kebijakan makroekonomi yang
tetap pruden dan berbagai langkah kebijakan struktural yang terus ditempuh,
Indonesia kembali memperoleh peningkatan peringkat menjadi Investment Grade.
Di samping fundamental ekonomi yang
kuat, respon kebijakan yang tepat mampu menopang ketahanan perekonomian nasional. Pemerintah, bersama
dengan Bank Indonesia, berkoordinasi dalam memperkuat fundamental ekonomi
sekaligus memitigasi dampak gejolak eksternal. Koordinasi antara kedua pihak
juga diperkuat melalui implementasi Protokol Manajemen Krisis (PMK) dan
pengendalian inflasi melalui forum Tim Pengendalian Inflasi (TPI) dan Tim
Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).
Bank Indonesia menerapkan bauran
kebijakan moneter dan makroprudensial secara terukur, sehingga berhasil menjaga
stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Bauran kebijakan moneter dan
makroprudensial tersebut didukung oleh strategi komunikasi dalam rangka
meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter dan mengurangi
ketidakpastian pelaku pasar. Pada bidang perbankan, Bank Indonesia terus
memperkuat ketahanan perbankan, meningkatkan fungsi pengawasan, dan mendorong
intermediasi yang diarahkan pada sektor-sektor produktif.
Sementara dari sisi pemerintah, kebijakan fiskal
diarahkan kepada peningkatan stimulus dengan tetap menjaga kesinambungan
fiskal. Secara sektoral, pemerintah terus mendorong dan meningkatkan kualitas
pertumbuhan ekonomi melalui perbaikan iklim investasi, percepatan pembangunan
infrastruktur, peningkatan daya saing industri dan produk ekspor, serta
peningkatan ketahanan pangan nasional dalam rangka stabilisasi harga.
- 2012
Pada tahun ini, pertumbuhan ekonomi
Indonesia dapat dipertahankan pada tingkat 6,2% dengan inflasi yang terkendali
pada tingkat yang rendah, yaitu 4,3%. Di tengah menurunnya kinerja ekspor,
pertumbuhan ekonomi lebih banyak ditopang oleh permintaan domestik yang tetap
kuat. Hal ini didukung oleh kondisi ekonomi makro dan sistem keuangan yang
kondusif, sehingga memungkinkan sektor rumah tangga dan sektor usaha melakukan
kegiatan ekonominya dengan baik. Akan tetapi, kuatnya permintaan domestik di
tengah melemahnya kenerja ekspor menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan
neraca transaksi berjalan.
Prakiraan permintaan domestik pada tahun
depan tetap menadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi. Namun, sejumlah
tantangan dan risiko perlu diantisipasi untuk menjaga stabilitas ekonomi makro
dan sistem keuangan.
Pertama,
konsumsi BBM yang meningkat sementara produksi migas dalam negeri menurun.
Indonesia, mau tak mau terus meningkatkan impor migas dan beban subsidi
sehingga semakin menambah tekanan terhadap kesinambungan fiskal dan defisit
transaksi berjalan. Kedua, perekonomian Indonesia yang bergantung pada
kegiatan impor, terutama barang modal dan bahan baku, dalam waktu dekat akan
mengancam kegiatan investasi yang sedang berkembang dan meningkat.
Dengan latar belakang tersebut,
kebijakan Bank Indonesia akan diarahkan pada upaya pencapaian keseimbangan
internal dan eksternal. Dalam hubungan ini, kebijakan Bank Indonesia diarahkan
untuk mencapai sasaran inflasi dan menjaga keseimbangan neraca pembayaran. Arah
kebijakan tersebut akan dilakukan
melalui lima pilar bauran kebijakan.
Pertama, kebijakan
moneter akan ditempuh secara konsisten untuk mengarahkan inflasi tetap terjaga
dalam kisaran sasaran yang ditetapkan. Kedua, kebijakan nilai tukar akan
diarahkan untuk menjaga pergerakan rupiah sesuai dengan kondisi fundamentalnya.
Ketiga, kebijakan makroprudensial diarahkan untuk menjaga kestabilan
sistem keuangan. Keempat, penguatan strategi komunikasi kebijakan untuk
mendukung efektivitas kebijakan Bank Indonesia. Kelima, penguatan
koordinasi Bank Indonesia dengan pemerintah dalam mednukung pengelolaan ekonomi
makro dan stabilitas sistem keuangan.
- 2013
Di tahun ini, Indonesia mengalami
tantangan bagi perekonomiannya. Di tengah berbagai masalah struktural yang
belum terselesaikan, perubahan kondisi ekonomi global di tahun 2013 memunculkan
ancaman terhadap stabilitas makroekonomi dan kesinambungan pertumbuhan ekonomi.
Setelah dua tahun sebelumnya perekonomian Indonesia yang terus menurun (2011
6,5% dan 2012 6,2%), pada tahun ini perekonomian Indonesia kembali menurun
dengan nilai sebesar 5,58% dan laju inflasi sebesar 8,38%. Namun dengan
koordinasi yang baik antara Bank Indonesia dengan pemerintah, perekonomian
Indonesia mampu bergerak ke tingkat yang lebih seimbang dan mengembalikan
stabilitas makroekonomi.
Penyebab laju pertumbuhan melambat
adalah karena kegiatan ekspor yang turun sebesar 0,78%. Sedangkan untuk
investasi, pertumbuhan pengeluarannya masih mencapai 5,13%. Sektor konsumsi
rumah angga masih menjadi penopang pertumbuhan dengan kontribusi laju
pengeluaran sebesar 5,61%. Laju konsumsi rumah atngga tersebut lebih tinggi
dibandingkan awal tahun 2013 yang sebesar 5,24%. Hal ini disebabkan karena
kegiatan pemilihan umum yang mendorong konsumsi masyarakat, terutama dari
sektor non makanan, melaju sebesar 6,46%.
- 2014
Sama seperti tahun sebelumnya,
perekonomian Indonesia kembali menghadapi tantangan. Kondisi ekonomi global
tidak sebaik prakiraan semula. Pertumbuhan ekonomi yang melambat mengakibatkan
turunnya harga-harga sejumlah komoditas Indonesia, sekaligus memperkecil
hadirnya peluang usaha yang baru. Pada tahun ini, laju perekonomian hanya
menyentuh angka 5,02% dengan lanju inflasi sebesar 8,36%. Pemulihan memang
terus berlangsung di berbagai ekonomi utama dunia, namun dengan kecepatan yang
tidak sesuai dengan harapan dan tidak merata. Harga komoditas dunia terus
melemah karena permintaan yang tidak cukup kuat. Di sektor keuangan,
ketidakpastian kebijakan The Fed telah
meningkatkan kerentanan dan volatilitas di pasar keuangan dunia.
Sebagai negara berkembang, Indonesia
turut merasakan adanya pergeseran arus modal asing keluar dari Indonesia.
Selain itu, Indonesia juga dapat mengamati adanya divergensi kebijakan moneter
di negara-negara maju.
Berbeda dengan The
Fed yang berencana melakukan normalisasi kebijakan moneternya, bank sentral
Jepang dan Eropa masih perlu menempuh kebijakan moneter yang sangat akomodatif.
- 2015
Perekonomian Indonesia menurun sebesar
4,79%, menjadi yang terendah sejak 2010. Meskipun begitu, investasi di akhir
tahun lalu cukup tinggi, karena belanja modal pemerintah di akhir periodik
tersebut naik 101% (konsumsi pemerintah 83% dan anggaran pegawai 16,5%).
Menurut Deputi Bidang Neraca dan
Analisis Statistik Badan Pusat (BPS), Suharyanto, ke depan, pemerintah harus
berusaha mencairkan anggaran tidak hanya di kuartal IV, tapi lebih merata ke
semua triwulan, agar pertumbuhan ekonomi bisa lebih baik.
Pendapat
pribadi:
Perekonomian Indonesia sejak lima tahun
terakhir terus merosot hingga menyentuh angka 4,79%. Saya berharap pada tahun
2016 ini perekonomian Indonesia mulai membaik dan menunjukan perkembangan ke
arah positif, baik dari segi internal maupun eksternal.
Daftar
Pustaka:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar